Kamis, 28 Januari 2010

Cerita Wayang

Pandawa Ngenger
Mengisahkan setelah selesai hukuman buang dihutan Kamiyaka,selama duabelas tahun, sekarang Pandawa memasuki tahapan hukuman tahap berikutnya, memasuki hukuman penyamaran selama satu tahun.
 Para Pandawa dengan menyamar sebagai orang desa memasuki istana Wirata, dimana Prabu Matswapati bertahta. Pandawa berharap dapat diterima menjadi abdi kerajaan Wirata

Mereka memasuki Istana Wirata tidak berbarengan, tetapi satu persatu. Puntadewa menyamar menjadi Brahmana dengan nama  Tanda Dwijakangka, atau Kangka.

Kangka ditugaskan sebagai penasehat Prabu Matswapati, Bima menjadi Bilawa ditugaskan sebagai jagal, dan juru masak Istana. Arjuna menjadi Kandi Wrehatnala bertugas sebagai guru tari di keputren Wirata, sedangkan Nakula  menjadi Darmaganti dan bertugas menyiapkan kuda-kuda yang akan ditunggangi para Pangeran Wirata Sedangkan Sadewa menjadi Tantripala mendapat tugas mengembala ternak sapi, Dewi Drupati istri Puntadewa menyamar menjadi Nyai Salindri mendapat tugas sebagai juru rias istana.

Pada masa  hukuman penyamaran tersebut, banyak peristiwa yang dialami oleh Para Pandawa.  Kehadiran Salindri diistana Wirata membuat hati Patih Kicakarupa jatuh cinta, Ia minta kepada Salindri untuk melayani nafsunya. Salindri mengatakan bahwa ia adalah istri seorang gandarwa. Kicakarupa tidak percaya jawaban Salindri. Patih Kicakarupa ingin membuktikan kebenaran cerita Salindri. Salindri memberikan waktu, agar Patih Kicakarupa datang sendiri diwaktu tengah malam,ditepi sungai, pasti akan bertemu dengan suami Salindri. Salindri menemui Jagal Bilawa agar membantu untuk menyelesaikan perkaranya dengan Patih Kicakarupa. Bilawa tidak keberatan dan siap membantunya.Waktu tengah malam,Patih Kicakarupa berangkat juga ke tepi sungai. Benar juga, Patih Kicakarupa bertemu dengan gandarwa yang tinggi besar.Gandarwa minta agar Kicakarupa  untuk mengurungkan niat bejadnya, agar tidak mengganggu Salindri istrinya. Tetapi Kicakarupa tidak mau, lebih baik mati daripada meninggalkan Salindri. Terjadilah perkelahian antara Kicakarupa dan Bilawa yang mengaku gandarwa. Patih Kicakarupa terdesak mundur, dan melarikan diri  setelah dijotos berkali kali oleh gandarwa.

Kini Wirata mengalami pergolakan. Kicakarupa, Rupakenca dan Rajamala yang masih adik Prabu Matswapati, minta agar Prabu Matswapati  lengser keprabon, turun tahta  Kerajaan Wirata sudah tidak membutuhkan Prabu Matswapati. Kerajaan Wirata minta pergantian raja yang  tepat. Raja yang tepat apabila kesempatan itu diberikan pada Kicakarupa. Prabu Matswapati tidak bersedia menuruti kata kata Kicakarupa. Kicakarupa akhirnya minta agar di Wirata diadakan adu jago, untuk menentukan siapa yang berhak menjadi Raja Wirata. Jago yang menang itulah yang menjadikan pemiliknya menjadi Raja Wirata. Kicakarupa, menentukan adiknya Rajamala, untk menjadi jago Kicakarupa sedangkan Prabu Matswati belum menemukan jagonya. Adu jago itu direncanakan satu pekan lagi. Prabu Matswapati minta pendapat Kangka siapa yang pantas dijadikan jago Wirata untuk melawan Rajamala. Kangka memberikan usulan, bagaimana kalau jago dari Wirata adalah Jagal Bilawa. Prabu Matswapati setuju. Di hari yang ditentukan blabar kawat sudah direntangkan di depan istana. Rajamala dan Bilawa pun telah siap diadu. Mereka sudah masuk dalam blabar kawat. Setelah ada tanda dimulai, mereka saling adu jotos. Rajamala sulit untuk ditundukkan.Suatu saat Rajamalapun lengah, Bilawa mencengkeram dan merobek dada dan perut Rajamala, hingga  tewas. Kicakarupa dan Rupakica menggotong Rajamala yang sudah tewas. Mayat Rajamala digotong dan dibawa ke sendang Panguripan yang terdapat di belakang Istana. Kemudian Mayat Rajamala di masukkan kedalam air sendang.  Luar biasa, setelah tersentuh air sendang Panguripan Rajamala hidup kembali, demikian terjadi sampai ber ulang ulang kali. Sementara itu tenaga Bilawa terkuras habis. Karena setiap kali bisa membunuh Rajamala, Rajamala pasti hidup lagi. Kandhi Wrehatnala, melihat gelagat kurang baik dari kubu musuh, segera mendekati Salindri dan memberikan pusaka Brahmastra kepada Salindri untuk dimasukkan kedalam sendang Panguripan. Sesuai dengan pesan Kandi Wrehatnala, Salindri mendekati sendang tersebut, Beberapa prajurit orang orangnya Kicakarupa mengawasi setiap orang yang memasuki sendang.Salindri pura pura mengambil air pancuran, yang biasa untuk memasak air. Ketika penjaga lengah, Salindri  memasukkan pusaka Brahmastra kedalam sendang Panguripan.Salindri  cepat  cepat  meninggalkan  sendang. Rajamala tewas kembali dalam adu jago melawan  Bilawa. Rajamala digotong lagi oleh kedua kakaknya ke sendang Panguripan, lalu dimasukkan kedalamnya. Mereka terkejut ketika melihat  adiknya  Rajamala tidak hidup lagi, malahan tubuhnya hancur lebur dan hilang didalam telaga yang airnya sedang panas mendidih.Kicakarupa dan Rupakica marah kepada Bilawa. Bilawa dikerubut Kicakarupa dan Rupakica. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Jagal Bilawa  membabat Kicakarupa dan Rupakica, sehingga keduanya tewas. Setelah kematian Kicakarupa dan kedua adiknya, situasi di Wirata kelihatan tenang kembali. Namun sekutu Kicakarupa, Prabu Susarma dari negeri Trigarta terkejut mendengar kematian Kicakarupa dan adik adiknya. Prabu Susarma tidak terima dengan kematian Kicakarupa dan kedua adiknya secara tidak wajar. Prabu Susarma menjumpai sekutunya yang lain, Prabu Suyudana dari negeri Astinapura, mereka bersatu untuk menghancurkan Wirata. 

Kesatria Wirata, Seta,  Utara dan Raden Wratsangka menyiapkan diri untuk menahan serangan Prabu Susarma  yang dibantu Negeri Astinapura.

Pasukan Trigarta dan Astinapun sampai di batas Negeri Wirata. Terjadilah peperangan yang luar biasa. Peperangan pada mulanya berjalan berimbang. Namun dengan penambahan pasukan yang terus menerus dari negeri Astina, pertahanan Wirata pun jebol.

 Pasukan Wirata dapat diundurkan dari medan laga.Melihat keadaan itu,  Utara mengundurkan diri sambil bertahan,  Utara masuk dalam kaputren.  Utara ingin maju lagi, tetapi dengan kereta perang. Tetapi tidak ada seorang laki laki yang bisa mengendarai kereta perang. Mendengar itu, Kandhi Wrehatnala siap menjadi sais  Utara.  Utara tidak mau, disaisi seorang banci. Secepat kilat Kandhi Wrehatnala menarik tangan  Utara naik kereta perang, dan dengan kecepatan tinggi Kandhi Wrehatnala mengendarai kereta perang ke medan laga.  Utara berkali kali menyarangkan panah panahnya pada musuh musuhnya yang hampir memasuki kotaraja Wirata. Sementara di sekitar tapal batas, Seta dan  Wratsangka masih mengawal pasukan Wirata bertahan, jangan sampai musuh menjebol pertahanan di Kotaraja. Tiba tiba Kandhi Wrehatnala membelokkan Kereta perangnya ke persimpangan jalan.  Utara menjadi marah dan menuduh Kandhi Wrehatnala mau melarikan diri. Kadhi Wrehatnala memerintahkan  Utara untuk diam, dan  Utara harus menuruti kehendak  Kandhi Wrehatnala, apabila  Utara mau menghendaki kemenangan dalam peperangan ini. Kandhi Wrehatnala menghentikan kereta perangnya di sebuah goa. Kandi Wrehatnala, memasuki goa. Ia mencari sesauatu di sudut goa. Ada semacam pocong bergelantungan di langit langit goa. Kandhi Wrehatnala mengambilnya. Ternyata pocong yang bergantungan di langit goa itu adalah senjata senjata Arjuna. Rupanya sewaktu mennjalani hukuman buang di hutan Arjuna menyimpan pusaka pusakanya dalam bungkusan hantu pocong dan digantungkan dilangit langit goa. Sehingga apabila ditemukan orang, orang itu seperti melihat setan pocong. Utara sendiri merasa ketakutan melihat bungkusan pusaka Arjuna. Kandhi Wrehatnala keluar dari dalam goa, menaiki keretanya, Kandi Wrehatnala, duduk dibelakang sebagai senapati perang. Sedangkan  Utara disuruhnya menjadi kusir Kandhi Wrehatnala, Kandhi Wrehatnala dengan kesaktian bagai Arjuna, mencengangkan, kesatria Astina dan Trigarta, juga kesatria Wirata. Adipati Karna dan Pandita Durna, tidak ragu lagi. kalau Kandhi Wrehatnala adalah Arjuna. Kandhi Wrehatnala terus menggasak lawan lawannya hingga pasukan Trigarta dan Astinapura  meninggalkan bumi Wirata.                                                                                                                                                       

Sementara itu di Istana Wirata, Prabu Matswapati, sedang berbincang-bincang dengan Penasehatnya,Tanda Dwijakangka. Prabu Matswapati memperkirakan peperangan antara Wirata dengan Trigarta dan Astina, pasti dimenangkan oleh Wirata. Dan orang yang bisa mengusir masuh dari Wirata pasti Utara. Tanda Dwijakangka, memberi jawaban, bahwa Pasukan Wirata telah berhasil mengalahkan pasukan dari Trigarta dan Astinapura. Tetapi satria yang berhasil mengundurkan musuh adalah Kandhi Wrehatnala. Mendengar itu, Prabu Matswapati marah bukan kepalang. Tutup dadu yang berada di dekatnya, diambilnya, dan dipukulkan ke muka Tanda Dwijakangka. Darah segar mengucur dari hidung dan mulut Kangka.

Tidak lama kemudian datanglah Utara memasuki ruangan ayahnya. Ayahnya senang menyambut Utara sebagai pahlawan Wirata. Tetapi Utara menolaknya, karena yang berhasil mengundurkan pasukan Trigarta dan Astina bukan Utara tetapi Kandhi Wrehatnala, yang sebenarnya adalah Arjuna. Sedangkan  penasehat Prabu Matswapati yang duduk disebelah ayahandanya adalah Punta Dewa. Prabu Matswapati, tertegun dan terkejut. Prabu Matswapati menyesali perbuatannya, memukul muka Punta Dewa, hingga berdarah.  Utara memanggil seluruh Pandawa, untuk menghadap Eyang Prabu Matswapati.

Semua penyamaran yang dilakukan oleh Pandawa selama ini, sekarang terbuka sudah.Prabu Punta Dewa, Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa telah berkumpul menghadap Eyang Prabu Matswapati dan menyampaikan  rasa terimakasihnya yang tak terhingga, dan mohon maaf karena telah membohongi  Eyangnya selama menyamar di Wirata. Prabu Matswapati merasa tidak ada masalah selama Pandawa di Wirata, justru Pandawa yang telah menyelamatkan Wirata dari kehancuran.

Sementara itu Prabu Kresna dan Patih Setyaki telah tiba di Wirata, untuk merundingkan hak hak Pandawa kepada pihak Kurawa.


Tunggu di cerita selanjutnya : Kresna Duta.***